Senin, 02 Mei 2011

MENCARI KEBENARAN SEJATI

Di kampusnya Universitas Muhammadiyah Surabaya, penampilan fisiknya tampak berbeda dengan mahasiswa lainnya yang berwajah Jawa-melayu. Apalagi ketika diajak ngobrol, logat Timornya terdengar kentara walau ia berbicara bahasa Indonesia. Mahasiswa Fakultas Hukum yang senantiasa akrab dengan kawan-kawannya ini memang berasal dari luar pulau, tapatnya dari daerah yang dulu pernah bergabung dengan NKRI.
“Assalamu’alaikum, saya Ahmad Men-des, asal dari Baucau, Timor Leste. Saya mahasiswa Hukum semester 2 di Unmuh dan baru sembilan bulan berada di Surabaya,” sapanya memperkenalkan diri. “Saya mualaf, dan panjang ceritanya mengapa saya sampai merantau dan berkuliah di kota ini” lanjutnya.

Sebagai seorang mualaf, perjalanan hidup Yos Martius Ximenes atau Ahmad Mendes memang penuh dengan rintangan. Pada awal ia memutuskan untuk menjadi seorang muslim penentangan tidak hanya datang dari lingkungan sekitarnya namun juga dari keluarganya. Apalagi di Timor Leste ummat Islam adalah minoritas. Namun hal itu tidak menjadikan dirinya berputus harapan. Mendes tidak sendirian karena salah seorang kakaknya dari 13 orang bersaudara di Baucau juga seorang muslim yang sedikit banyak telah memperkenalkannya kepada agama Islam.

Sebelum masuk Islam Mendes sebenarnya adalah seorang calon Pastor yang bersekolah di Sekolah Pastoran Katolik di Timor Leste. Masa depan cerah menantinya sebagai calon pemuka agama bagi masyarakat di daerahnya. Namun hatinya gelisah dan sering terjadi pertentangan batin karena mendapati kenyataan kehidupan beragama yang tidak sesuai dengan kebenaran dan senantiasa bertentangan dengan hati nuraninya. Pertentangan semakin memuncak manakala dalam sebuah Seminar Gereja ia mempertanyakan mengapa Pastor dan Suster dilarang menikah padahal sering terjadi hubungan diluar nikah diantara mereka. Mendes juga sempat mempertanyakan apakah seorang Pastor bisa menyampaikan pengampunan dan penebusan dosa umat manusia kepada Tuhan. Tak ayal pertanyaan-pertanyaan itulah yang memicu pertentangan hingga akhirnya dirinya dikeluarkan dari sekolah.

Selepas dari sekolah Pastoran, Mendes mulai mempelajari agama Islam, karena menurutnya kitab suci Al-Qur’an itu asli dan otentik karena tidak pernah mengalami perubahan setitik pun. Kemudian oleh kakaknya ia disarankan untuk pergi kepada K.H. Mustofa Muntazam di Pondok Pesantren Al-Hikmah Lamongan guna mengkaji lebih dalam tentang agama Islam. Setelah mantap, akhirnya Mendes mengucap dua kalimat syahadat dan menjadi seorang muslim.

Semangat belajarnya yang tinggi membuat K.H. Mustofa Muntazam memberikannya kesempatan berkuliah di Universitas Muhammadiyah Surabaya dengan beasiswa dari kampus dan Ponpes. Masa depan cerah pun kembali bersinar menantinya. Selepas kuliah nanti Mendes berjanji untuk berdakwah di tanah kelahirannya, Timor Lorosae.

Sebagai penghargaan atas semangatnya yang luar biasa LAZISMU Surabaya berkenan memberikan bantuan berupa 1 unit sepeda sebagai sarana transportasi berkuliah pergi pulang dari asrama panti Asuhan Muhammadiyah Gresikan ke kampus Universitas Muhammadiyah Surabaya. (Adit-RED).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KADO RAMADHAN

KADO RAMADHAN

Jadual Imsakiyah Ramadhan 1437 H

Jadual Imsakiyah Ramadhan 1437 H

AKSI BERSAMA LAZISMU

AKSI BERSAMA LAZISMU

Tanggap Bencana

Tanggap Bencana

CIMB NIAGA SYARIAH