Oleh : Syamsun Aly, M.A.
Hari Rabu 26 September 2012 lalu, rombongan KBIH Muhammadiyah Surabaya berangkat ke tanah suci untuk menunaikan rukun Islam ke lima. Calon jamaah haji yang tergabung dalam KBIH berlambang matahari itu terbang dari Juanda pukul 12.05 WIB. menuju kota Madinah. Alhamdulillah sesuai dengan rencana, seluruh jamaah dalam kloter 15 itu tiba di bandara Madinah dengan selamat, setelah mengarungi perjalanan 9,5 jam di udara.
Suhu panas udara yang mencapai kisaran 40 derajat celcius, tidak menjadi masalah bagi calon jamaah haji karena terpesona oleh indahnya kota madinah di malam hari. Terutama gemerlapnya lampu-lampu hias di berbagai menara masjid nabawi nan sangat indah dan megah, serta berbagai hotel berbintang di sekitarnya.
Di balik semua itu, ada satu peristiwa yang cukup memusingkan ketua kloter serta para ketua rombongan yang ada di dalamnya usai tiba di kota Madinah. yakni raibnya seorang jamaah haji asal Tuban Jawa TImur yang kebetulan satu koter dengan KBIH Muhammadiyah, selama 3 hari 3 malam.
Sebelum menghilang, kakek tua yang pernah penulis temukan di ruang resepsionis hotel (maktab kloter 15) itu, mengenakan seragam batik haji indonesia dan celana pendek. Pikiran saya mungkin dia jamaah yang tersesat. Namun setelah saya tanyai nama dan asalnya, tiba-tiba dia menjawab “ nok kono wonge uuuakeh” (di sana orangnya sangat banyak). Saya lalu berfikir mungkin orang ini sudah pikun kali ya, kok nggak nyambung sama sekali, dan ternyata benar.
Pihak Dinas Kesehatan setempat meloloskan dia untuk berangkat haji, karena secara medik badannya sehat, tanpan mempertimbangkan faktor mentalnya. Padahal syarat sahnya ibadah haji di samping muslim, mampu, berbadan sehat, dia juga harus akil (berakal sehat), karena tanpa akil ibadah haji tidak ada artinya (sia-sia). Kehadirannya juga akan merepotkan orang banyak.
Menurut penuturan ketua rombongan yang diamanati oleh keluarganya, beberapa kali dia terus mencari tegalan (ladang) untuk buang hajat, karena saat di kampung memang dia yang pekerjaannya tani itu, selalu ke ladang bila ingin buang hajat.
Setelah tinggal di Makkah dia tidak lagi diberi kesempatan untuk keluar dari maktab, agar tidak hilang lagi. Dan untuk mengatasi buang hajatnya terpaksa harus diberikan pempres, seperti halnya anak kecil. Praktis dia tidak bisa menunaikan ibadah umroh, haji maupun ibadah harian lainnya karena sudah sering hilang ingatannya.
MENGAPA HARUS HAJI DI USIA MUDA?
Haji meruipakan salah satu ibadah yang sangat membutuhkan fisik prima, di samping biaya besar dan waktu yang cukup lama. Oleh karena itu bagi jamaah haji yang masih muda, dia akan lebih maksimal dalam menjalani semua aktifitas ibadah yang terkait dengan manasik haji atau umroh, yang banyak membutuhkan tenaga ekstra.
Thawaf keliling ka'bah sebanyak 7 kali yang begitu berdesakan. Sa'i antara bukit shofa dan marwah sebanyak 7 kali yang begitu panjang dan nanjaknya, bermalam (mabit) di Muzdalifah yang begitu dingin udaranya, melempar jumroh aqobah, ula dan wustha yang begitu jauh padat serta lamanya( tanggal 10 s/d 13 Dzulhijjah), serta menghadiri shalat jamaah di masjid Nabawi maupun Masjidil Haram untuk memperoleh keutamannya. ternyata semua itu membutuhkan tubuh yang sangat prima (sehat lahir dan batinnya). Sehingga semua dapat dilaksanakan secara sempurna.
Tahun 2006 lalu ada jamaah haji Muhammadiyah yang masih berusia 20 tahun, tidak hanya manasik haji dan umroh yang bisa dilaksanakan dengan sempurna, ziarah ke berbagai tempat bersejarah, termasuk naik ke puncak jabal Nur untuk menyaksikan gua Hira' (tempat Nabi menerima wahyu pertama), dapat di tempuhnya. Berbeda dengan mereka yang sudah tua, diajak jamaah ke masjid pun sudah malas & ogah.
Tahun 1433H./2012 ini ada juga jamaah haji dalam KBIH Muhammadiyah Surabaya yang masih jejaka, bahkan ada pula wanita muda yang barusan menikah. Namun secara umum masih didominasi kelompok tua, bahkan ada 3 orang yang terpaksa harus thawaf dan sa'i dengan bantuan kursi roda. Tentu saja kesempurnaan pelaksanaan haji atau umroh mereka sangat jauh berbeda, antara yang sudah tua dengan yang masih muda.
Itulah sebabnya maka Nabi saw. bersabda ; “Pergunakanlah yang 5 sebelum datang yang 5 : al. masa mudamu sebelum datang masa tua (pikun) mu, masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu...” (Kitab Sunan Kubra, Imam Nasa'i).
Agar ibadah haji dan umroh kita sempurna, seperti perintah Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 196 di atas, maka bergeslah haji di usia muda, dengan kerja cerdas, semangat membaja serta diiringi doa. memohon berkah kepada Dzat yang Maha Pemurah.
Jangan haji menunggu usia tua, agar tidak mengalami nasib seperti kisah kakek pikun di awal makalah. Sudah jauh-jauh datang di tanah suci tapi tidak bisa menunaikan ibadah haji. Sayang ...kan...?
Penulis adalah Khatib, Guru & Ketua LAZISMU Surabaya.
Selamat Datang di halaman Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shodaqoh Muhammadiyah (LAZISMU) Jejaring Kota Surabaya 1501. Telp: 031-3824240, Bank Syariah Mandiri Cab. Kusuma Bangsa, No. Rek. 1850008495 atas nama LAZISMU Surabaya dan CIMB Niaga Syariah No. Rek 525100187001 atas nama LAZIS MUHAMMADIYAH Surabaya
Ayo!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar