Sabtu, 28 Juni 2014

DERAJAT TAQWA YANG SEBENAR-BENARNYA

Oleh : Abdul Hakim, M.Pd.I (Wakil Ketua Lazismu Surabaya)


Kaum Muslimin yang dirahmati Alloh! Kita bersua lagi dengam bulan suci Romadlon. Senyum dan semerbak harum aromanya tentu sudah menyelinap dan menyentuh relung kesadaran kita. Ya, tamu agung itu akan segera mengetuk pintu-pintu qolbu orang beriman yang mukallaf, mengajaknya mereguk beragam keutamaannya. Dengan puasa di bulan yang penuh rahmat ini, Alloh dalam Q.S. Al-Baqoroh ayat 183, berjanji akan menganugerahkan mahkota taqwa. “Wahai orang mukmin diwajibkan atas kalian berpuasa … agar kalian menjadi hamba-Nya yang bertaqwa.”

Taqwa, seperti ditegaskan dalam Q.S. Al-Hujurot 13 adalah mahkota kehormatan dan kemuliaan tertinggi. Taqwa adalah indikator ketaatan seorang abdi kepada Alloh SwT dan Rosul-Nya. Ketaatan tulus, bukan terpaksa atau basi-basi. Ketaatan tulus itu dilakukan seorang mukmin demi mengagungkan, kebesaran memuji, memuliaan-Nya yang tak terhingga. Ketaatan yang kita lakukan karena kita tahu, Alloh-lah Dzat Yang Maha Kuasa, Maha Esa, Maha Pencipta, Maha Berilmu, Maha Suci, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang telah menganugerahkan nikmat tak terhingga, tak terhitung, dan tak terukur nilainya. Ya, bukankah bumi, langit, matahari, bulan, bintang, flora dan fauna ini dicipta untuk “memanjakan” manusia? Ketaatan tulus itu kita tunaikan dengan tawadhu' sebagai wujud syukur lahir-batin. Ketaatan tulus itu memang harus terus kita lakukan demi memenuh komitmen hablun minalloh dan hablun minannas.



Di bulan berlimpah berkah ini, Alloh SwT hendak mencuci bersih dosa-dosa, melipatgandakan pahala, mencerdaskan kita dengan Kitab Suci-Nya yang terjaga. Bulan Romadhon mengajak kita lebih memaknai hidup sebagai amanah. Secara spiritual, hidup adalah ladang ibadah. Nilai pahalanya dapat kita petik melalui ruang hablun minalloh dan hablun minannas.

Seluruh nikmat yang dianugerahkan Alloh adalah fasilitas ibadah. Secara social, hidup adalah harga kebajikan yang bisa kita petik manakala banyak orang memperoleh manfaat dari kemurahan kita untuk berbagi. Betapa naïf bila nilai hidup kita ukur dari aktivitas ritual, kering dari komitmen sosial. Kita bersyahadat, tetapi syahadatnya hanya sebatas bibir. Kita sholat tetapi sholatnya sia-sia. Kita berpuasa, tetapi yang dirasakan hanya lapar dan dahaga semata. Kita berzakat hanya demi gengsi. Kita berhaji, tetapi yang dirasakan tidak lebih dari rekreasi. Ya, sebab semua amalan itu dilakukannya hanya demi target nafsi, materi dan duniawi.

Maka, inilah momentum Romadhon. Hadir untuk menawarkan pencerdasan, pencerahan, pemuliaan, dan pembahagiaan hakiki. Sebulan kita dilatih untuk puasa, menahan dan mengendalikan nafsu. Tentu agar nafsu tidak bebas, liar, dan buas. Bila nafsu tak terkendali, perilaku manusia bisa lebih buruk dibanding binatang. Zina atau seks bebas, menipu, berjudi, minuman kerasn akan dilakukan siapa saja. Korupsi dan suap membudaya. Prostitusi merajalela.

Bila nafsu terkendali, manusia dapat menjalankan kewajiban hablun minalloh dengan ikhlas. Ibadah ritual itu akan mendorong kita untuk menunaikan kewajiban hablun minannas dengan ikhlas. Berzakat, berinfak, dan bersodaqoh tumbuh sebagai kesadaran integral, spiritual dan sosial. Bukan parsial, pragmatis, material, duniawi semata yang menjadi karakter orang kafir. Bukan karakter orang beriman!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KADO RAMADHAN

KADO RAMADHAN

Jadual Imsakiyah Ramadhan 1437 H

Jadual Imsakiyah Ramadhan 1437 H

AKSI BERSAMA LAZISMU

AKSI BERSAMA LAZISMU

Tanggap Bencana

Tanggap Bencana

CIMB NIAGA SYARIAH