Manusia memang makhluk pilihan. Allah menciptakan dan memilih manusia untuk menjadi khalifah. Tugas kekhalifahan adalah tugas kepemimpinan. Setiap manusia adalah pemim-pin! Amanat besar ini seakan menegaskan, hanya manusia yang bisa memimpin. Makhluk lain tidak akan bisa menjalankan amanat ini.
Sungguh berat! Sebab, tugas ini adalah tugas kenabian. Semua nabi mengemban tugas ini. Maka, semua nabi, terlebih Nabi Muhammad SAW, adalah model sukses menjalankan tugas kekhalifahan ini. Demi tugas itu, Al-Quran menegaskan,”Dan Kami tidaklah mengutus engkau (Muhammad), kecuali untuk menjadi rahmat bagi semesta alam.”
Tugas kekhalifahan adalah tugas menebar rahnat bagi alam semesta. Di atas tugas ini, manusia harus menegakkan kebenaran, keadilan, dan kemaslahatan kepada setiap makhluk. Tugas kekhalifahan adalah tugas melestarikan dan memakmurkan bumi, menabur kasih-sayang dan menjunjung tinggi moralitas. Tugas kekhalifahan adalah tugas mencegah kriminalitas dan kerusakan. Sungguh berat. Sebab tindak criminal dan pengrusakan bisa dilakukan siapa saja. Bisa individu, sekelompok orang, institusi, bahkan oleh penguasa.
Maka, agar manusia dapat menjalankan tugas berat ini, Allah menganugerahi setiap manusia sejumlah potensi, sarana, sekaligus panduan. Bahkan, demi tugas itu, semua fasilitas yang ada di bumi ini dicipta dan disediakan. Kepada manusia, Allah 'azza wajalla juga menganugerahkan ilmu, menyiapkan pahala tak terhingga, gelar-gelar kehormatan, serta syurga agar manusia lebih sibuk melaksanakan tugas kekhalifahannya.
Tetapi, sungguh tidak mudah menjalankan tugas kekhalifahan. Manusia bukan malaikat yang sudah pasti tidak akan pernah mengkhianati amanat. Manusia juga bukan setan yang “setia” dijalur gelap dan berjanji akan terus menggelapkan manusia.
Manusia adalah makhluk ambigu. Selain dianugerahi akal yang bisa membimbing menemukan kebenaran wahyu, manusia juga dianugerahi nafsu yang berpotensi merongrong manusia sehingga mudah tertipu. Maka, di sinilah peran Islam. Allah menganugerahkan Islam agar tidak terjebak pada sifatnya yang ambigu. Agar dapat memahami tugas utamanya sebagai abdi, sekaligus memainkan peran kemanusiaannya sebagai khalifah.
Di sinilah peran agama dan pendidikan. Agama yang benar menjadi kebutuhan dasar manusia. Pendidikan yang benar menjadikan agama sebagai menu utama. Tanpa agama yang benar, manusia akan tumbuh liar. Tanpa pendidikan yang benar, manusia tidak akan memahami tugas utamanya sebagai khalifah. Agama harus menjadi basis dan menu utama pendidikan agar manusia dapat menjalankan tugas kekhalifahannya dengan benar dan menyelamatkan. Bukan melahirkan generasi atau pemimpin liar! (Abdul Hakim, M.Pd.I/Pimred LAZISMU Surabaya).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar