Kamis, 06 September 2012

THE MIRACLE OF SYAHADAT


Oleh : Abdul Hakim, M.Pd.I.
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan tegakkanlah shalat untuk mengingat Aku.” (Q.S. Thoha 14).
          Islam adalah agama tauhid. Seluruh ajaran Islam yang terangkum dalam Alquran dan Hadis hanya memiliki satu pesan utama, yakni pesan tauhid. Kalimat tauhid yang menjadi inti aqidah Islam adalah  “La ilaha illa Alloh, Muhammadun Rosululloh”. Tidak ada Tuhan selain Alloh, Muhammad itu Rosul Alloh. Seseorang yang ingin menegaskan keislamannya harus melalui pintu utama ini, dengan berikrar membaca dua kalimat syahadat,  “Asyhadu an la ilaha illa Alloh, wa asyhadu anna Muhammadan Rosululloh”. “Aku bersaksi tidak ada Tuhan selain Alloh! Dan, aku bersaksi, sungguh Muhammad itu adalah Rosul Alloh.” Seorang muslim mukallaf  harus mengulang kalimat ikrar ini  minimal sembilan kali sehari semalam pada sholat lima waktu.
  Sungguh mudah dan begitu sederhana tampaknya sepotong kalimat ini. Setiap orang dapat dengan cepat dan akurat mengucapkannya. Tetapi, kalimat ikrar singkat  ini ternyata mengandung pesan  tersurat, padat, berat,  dan penuh konsekuensi.
  Pertama, kalimat syahadat pertama itu menegaskan kita hanya mengakui dengan sepenuh keyakinan yang berhak di-Tuhan-kan hanyalah Alloh. Kita tidak akan menuhankan matahari, bulan, bintang, gunung, binatang, atau barang-barang. Kita tidak akan menuhankan harta, tahta, dan wanita. Kita tidak akan memberhalakan jabatan, pangkat, gelar, kedudukan, atau nafsu kita. Kita tidak akan pernah menuhankan manusia. Kita tidak akan menyekutukan Alloh dengan apa pun dan dengan siapa pun, dalam kondisi dan situasi apa pun. Hanya menuhankan Alloh adalah harga absolut. Karenanya, seorang mukmin tidak akan menyekutukan-Nya dengan apa, siapa, dan berapa pun.
  Kedua, jika kita berikrar dengan kalimat thoyyibah itu, maka kita harus pula menegaskan pengakuan kita bahwa Alloh adalah Dzat Yang Maha Ada, Maha Esa, Maha Kuasa, Maha Besar, Maha Pencipta, Maha Agung, Maha Tinggi, Maha Adil, Maha Teliti, Maha Mulia, Maha Suci, Maha Berilmu, Maha Kaya, Maha Pemurah, Maha Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang. Kita harus mengakui dan meyakini sepenuh jiwa-raga kebenaran, kebesaran, dan keagungan  nama-nama Alloh yang terangkum dalam Asmaul Husna-Nya.
  Ketiga, kalimat thoyyibah itu bermakna seorang muslim  akan mengabdi hanya kepada-Nya. Pengabdian atau penghambaan kita kepada Alloh itu bersifat absolute. Kita tidak akan mengabdi kepada benda, berhala, manusia, institusi, organisasi, atau kepada negara sekalipun. Kita tidak akan mengabdi kepada nafsu atau oknum, apalagi mengkultuskannya.  Sebab pengabdian, penyembahan, atau penghambaan itu hanya hak Alloh. Alloh adalah tauhidul ibadah. Seluruh aktifitas ibadah manusia harus dalam rangka mentauhidkan-Nya. Tidak setitik pun kita boleh menyekutukan-Nya.
  Adapun hubungan kita dengan manusia, institusi, organisasi, bangsa, dan negara bersifat kontraktual, terukur, nisbi, situasional, dan kondisional. Syariat mengatur hubungan kita dengan manusia dan institusi secara konvensional atas dasar hak, kewajiban, keadilan, kemaslahatan, kesetaraan, dan kebersamaan.  Kita dapat menganulir, atau membatalkan hubungan kemitraan bila hak, kewajiban, keadilan, kemaslahatan, kebersamaan, dan kesetaraan dikebiri, dilanggar, dirampas,  atau dilecehkan.
  Keempat, kalimatul haq itu menegaskan seorang muslim harus  mau dan selalu siap diatur dengan aturan, norma,  hukum dan keputusan-Nya. Seorang muslim harus yakin, setiap perintah dan keputusan Alloh adalah benar dan terbaik demi keselamatan, kehormatan, kemuliaan, kemaslahatan, dan kebahagiaan manusia.  Setiap perintah karenanya harus diterima   dengan sikap Sami'na wa atho'na. Kami dengar dan kami taat! Manusia tidak berhak membuat aturan, norma, hukum, dan undang-undang jika terbukti bertentangaan atau melecehkan hukum-Nya. Hak membuat dan menentukan hukum itu hanyalah  hak Alloh sepenuhnya. "Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir." (Q.S. Al-Maidah 44)
  Syahadat menyadarkan seorang mukmin, bahwa Alloh telah menurunkan Alquran, sumber hukum terbaik, sempurna, adil, dan universal. Alquran adalah sumber hidayah, sumber informasi, sumber pencerahan, sumber kebajikan dan kebijakan. Syahadat menegaskan, seorang mukmin akan menjadikan Alquran sebagai referensi utama kehidupan. Referaensi aqidah, syariat, ibadah, akhlak, dan muamalat.
  Keenam, kalimat syahadat kedua menegaskan pengakuan kita akan kenabian rosululloh Muhammad SAW. Kita bersaksi bahwa Nabi Muhammad itu adalah hamba dan utusan-Nya. Nabi Muhammad adalah nabi terakhir pembawa risalah sempurna. Tak akan ada lagi nabi atau rosul selain dia. Nabi adalah manusia sempurna pembawa risalah. Setelah taat kepada-Nya, kita wajib taat kepada nabi-Nya. “Taatlah kepada Alloh dan Rosul-Nya.” Demikian ditegaskan dalam Alquran Surat Ali Imron 132. Selain insan kamil, nabi Muhammad adalah teladan, uswatun hasanah. Keindahan akhlaknya menghiasi perjalanan hidupnya yang runtut, jelas, dan menakjubkan. Tentang ini, Alloh berfirman, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.”
  Ya, jika manusia  hendak mencari pemimpin teladan, Muhammad-lah, rosul sang teladan. Jika kita ingin menemukan pengusaha teladan, maka nabi-lah sang al-amin. Jika ingin mendapati suami, ayah, guru, dan tokoh kemanusiaan yang jujur, santun, tulus, amanah, tablig, sidiq,  fatonah,  sangat peduli, serta penyelamat manusia dari  krisis kemanusiaan, maka tidak akan kita dapati yang sepadan dengan  nabi Islam, Muhammad sang tauhidul uswah, rahmat bagi semesta alam. Dialah, sang ummi, yang ucapan dan tindakannya menjadi cahaya dan energi kehidupan.
  Demikianlah, syahadat adalah kalimat pencerahan. Berkat syahadat, manusia meneguhkan keyakinan ketuhanan dan kenabian. Dengan syahadat ini manusia terbebas dari tuhan rekayasa, tuhan fiktif, tuhan fantastis, dan tuhan-tuhan siluman. Berkat kalimat syahadat itu, manusia menjadi cerdas, bebas dari penghambaan dan pengabdian kepada makhluk. Berkat kalimat syahadat pula, manusia dengan hidayat dan akal sehat menemukan teladan hidup yang benar, rasional, realistis, dan manusiawi.  Syahadat adalah kalimat pembebas dari gelap menuju cahaya, dari jahiliyah menuju pencerahan  Islam.

Penulis adalah Praktisi Pendidikan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KADO RAMADHAN

KADO RAMADHAN

Jadual Imsakiyah Ramadhan 1437 H

Jadual Imsakiyah Ramadhan 1437 H

AKSI BERSAMA LAZISMU

AKSI BERSAMA LAZISMU

Tanggap Bencana

Tanggap Bencana

CIMB NIAGA SYARIAH