Sabtu, 07 September 2013

QURBAN KITA, KEPEDULIAN KITA



Oleh : Andi Hariyadi, M.Pd.I

Berbagai ritual keagamaan yang dilakukan dengan penuh keikhlasan akan sangat berarti jika mampu menumbuhkan kesadaran dan ketaatan kepadaNya. Tentunya hal itu direfleksikan dalam bentuk harmonisasi interaksi dengan dinamika kehidupan sosial masyarakat. Ritual keagamaan, tidak sekedar bersifat vertical (hablum-minallah) yang berkaitan dengan aspek keilahian, namun juga bersifat horizontal (hablum-minannas) yang berkaitan dengan kehidupan sosial. Hidup beragama ini harus benar-benar utuh dan seimbang, tidak dilebihkan atau dikurangkan, karena akan berdampak ketidakstabilan baik dari aspek teologis, psikologis dan sosial.



Sebentar lagi kita akan memasuki bulan Dzulhijjah dengan 2 momen penting, Hajji dan Qurban. Harmonisasi penga-malan ajaran keagamaan dengan kehidupan sosial sangatlah dibutuhkan, sehingga ajaran agama ini benar-benar bermakna dalam ta-taran kehidupan. Untuk melakukan pember-dayaan diperlukan membangun semangat persaudaraan. Semangat itu merupakan wujud dari kepedulian kita dalam kehidupan ini. Sehingga keimanan tidak terjebak pada sikap ekslusif, tetapi mampu berkiprah dalam dalam kehidupan yang lebih inklusif.

Perjuangan para Nabi dalam me-nyebarkan risalahNya, merupakan upaya un-tuk menyadarkan manusia agar meraih hida-yah dan kemuliaanNya, sekaligus mengemba-likan citra diri yang selama ini sering dikotori oleh sifat rendah. Seperti halnya perjuangan Nabi Ibrahim a.s. bersama istrinya Hajar dan Putranya Ismail a.s., merupakan contoh nyata betapa kokohnya iman, sehingga mampu beramar ma'ruf terhadap penguasa dhalim (Namrud), sekaligus mengemban misi keilahian dan kemanusiaan yang direfleksikan dalam haji dan qurban.

Ibadah haji ke tanah suci Makkah dan berqurban menyembelih ternak bukan sekedar prosesi pengulangan ibadah yang telah dilakukan oleh Nabi Ibrahim a.s., dan disempurnakan oleh Nabi Muhammad SAW. Lebih dari itu, qurban memiliki makna yang mampu meneguhkan spiritualitas sebagai bekal kehidupan manusia.

Ali Syariati, menegaskan bahwa ibadah haji merupakan kepulangan manusia kepada Allah Subhanahu wata’ala yang mutlak, yang tidak memiliki keterbatasan dan yang tidak dipadankan oleh sesuatu apapun. Kepulangan kepada Allah merupakan gerakan menuju kesempurnaan, kebaikan, keindahan, kekuatan, pengetahuan, nilai, dan fakta-fakta. Ketika kembali pada-Nya, kita memerlukan bekal dan sebaik-baik bekal adalah taqwa, se-bagaimana firmanNya dalam Al Qur'an Surat Al-Baqarah 197: “..Berbekallah dan sesung-guhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa, dan bertaqwalah kepadaKu hai orang-orang yang berakal”. Sepulang dari ibadah haji akan menjadi haji Mabrur (yang diterima), karena sukses meneguhkan spiritualitas, bukan terjebak pada popularitas titel haji.

Perintah ibadah berqurban terungkap dengan jelas dalam Al-Qur'an, surat Al-Hajj 34 - 37 :

[34] “Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzkikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah)”.

[35] “(yaitu) orang-orang yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, orang-orang yang sabar terhadap apa yang menimpa mereka, orang-orang yang mendirikan sembahyang dan orang-orang yang menafkahkan sebagian dari apa yang telah Kami rezkikan kepada mereka”

[36] “Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syi'ar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelih-nya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat). Kemudian apabila telah roboh (mati), maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela deng-an apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang memin-ta. Demikianlah Kami telah menunduk-kan untua-unta itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur”.

[37] “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridha-an) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik”

Dari ayat-ayat tersebut semakin menyadarkan kepada kita, karena dengan berqurban adalah sebagai upaya untuk mendekatkan diri pada Dzat yang Maha Sempurna dan Maha Kuasa. Qurban berasal dari kata qoroba yang artinya mendekatkan diri kepada Allah. Ada proses pentahapan, diantaranya meliputi:

- Berqurban untuk ingat kepada Allah SWT,

- Berserah diri secara total padaNya sebagai bentuk kepatuhan,

- Hati selalu tergerakkan dalam proses keilahian dan kemanusiaan,

- Mensyukuri rejeki atas karuniaNya dan aktif berbagi,

- Sadar bahwa bukan fisik daging dan darah binatang qurban yang sampai padaNya, tetapi ketaqwaan kita,

- Selalu mengagungkanNya dan direfleksikan secara nyata dalam aksi kemuliaan.

Masih banyak saudara-saudara kita yang membutuhkan uluran tangan kepeduli-an. Karena tanpa kepedulian, sesungguhnya ibadah ritual yang dilakukan belumlah sem-purna. Maka sempurnakan dengan aktif me-maksimalkan kepedulian. Semoga kita terpilih sebagai hamba yang sukses mengemban misi kenabian, yang selalu peduli untuk berbagi. (Andi Hariyadi, M.Pd.I, Wakil Sekretaris PDM Surabaya).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KADO RAMADHAN

KADO RAMADHAN

Jadual Imsakiyah Ramadhan 1437 H

Jadual Imsakiyah Ramadhan 1437 H

AKSI BERSAMA LAZISMU

AKSI BERSAMA LAZISMU

Tanggap Bencana

Tanggap Bencana

CIMB NIAGA SYARIAH