Mei Wulandari adalah seorang perempuan berusia 27 tahun yang menderita cacat fisik akibat polio sejak usia 9 (sembilan) bulan. Akibat cacat fisik tersebut tubuhnya tergolek lemah, kurus kering dan tidak berdaya. Kondisi badannya tidak sepadan dengan usianya dan tidak jauh berbeda dengan anak seusia balita. Untuk konsumsi sehari-hari pun ia hanya bisa minum susu. Kedua orang tuanya telah lama meninggal dunia. Selama ini ia dirawat oleh Kushari, kakeknya yang berusia 78 tahun dan seorang pensiunan Dinkes Surabaya, tinggal di sebuah rumah kecil sangat sederhana di Jl. Manyar Sabrangan VIII-B/23-B Surabaya.
Dalam kondisi kemiskinan dan keterbatasan hidup, upaya penyembuhan terhadap penyakit yang dideritanya pun menjadi terhambat. Kakeknya pernah membawanya ke Rumah Sakit Haji dan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo untuk mendapatkan pengobatan. Namun karena dari hasil foto rontgen diketahui bahwa tulangnya sangat kecil dan kulitnya tipis, maka dokter yang bertugas pun tidak berani untuk mengambil tindakan lebih jauh. Sedangkan untuk mendapatkan pengobatan yang lebih layak terkendala oleh biaya. Karena kondisi yang demikian itu maka yang bisa dilakukan oleh sang kakek hanya merawat demi kelangsungan hidup cucunya.
Saat LAZISMU berkunjung ke tempat tinggal Mei, sang kakek pun curhat akan penderitaan dan kesulitan hidup yang dialami cucunya itu. Sang kakek pun hanya bisa bersabar dan ikhlas. LAZISMU kemu-dian menitipkan santunan dengan harapan semoga dapat membantu meringankan biaya perawatan sehari-hari Mei Wulanda-ri. Bagi pembaca dan donatur yang terke-tuk hati untuk membantu, terutama biaya pengobatan, bisa datang langsung ke ru-mah Mei Wulandari di Jl. Manyar Sabrang-an VIII-B/23-B Surabaya atau bisa juga me-lalui LAZISMU Surabaya. (Adit/Narko-RED).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar