Minggu, 23 Maret 2014

PANTANG MENYERAH WALAU PATAH KAKI


Giyardi, seorang buruh cuci sepeda motor, tinggal bersama istri dan kedua anaknya di Jl. Sidotopo Wetan II Surabaya, di sebuah rumah warisan seluas 4 x 4,5 m2. Buah pernikahannya dengan Rijanah, ia dikaruniai dua orang anak. Anak yang pertama Rizki Virli Agustio kini duduk di bangku sekolah kelas 3 SMA Mardisiwi Tambaksari. Anak yang kedua bernama Rizal Putra Agusti kelas 2 SMA juga bersekolah di sekolah yang sama seperti kakaknya.

Sebelum bekerja sebagai buruh cuci sepeda motor, Giyardi pernah bekerja sebagi kuli Bangunan. Ia beralih profesi setelah pada tahun 2013 kakinya patah karena kecelakaan ditabrak mobil di Darmo Hill. Oleh Dokter ia diberi pen luar dan baru. Setelah satu tahun pen dilepas kemudian diganti dengan gypsum.

Setelah itu Giyardi tidak bisa bekerja lagi sebagai kuli bangunan, sementara istri dan anaknya membutuhkan biaya hidup disamping biaya sekolah. Melihat keadaan tersebut teman Giyardi yang bernama Toni ikut peduli dan akhirnya memberikan tawaran pekerjaan sebagai buruh cuci sepeda motor. Tawaran tersebut disanggupi oleh Giyardi.

Kemudian Toni menyewakan tempat cuci sepeda motor di Jl Platuk. Namun karena Giyardi kakinya belum memungkinkan untuk bekerja, maka yang mengerjakan pekerjaan tersebut adalah istrinya dengan dibantu oleh kedua anaknya setelah pulang dari sekolah. Pendapatan dari hasil cuci sepeda motor ia dapatkan dengan jalan bagi hasil. Bagiannya seperempat dari hasil cucian. Kalau sehari ia dapat mencuci 20 sepeda motor @Rp.8000, berarti ia dapat mengumpulkan uang Rp.160.000. Bagi hasil untuk Giyardi adalah Rp.40.000,-

Dulu, ketika Giyardi bekerja sebagai kuli bangunan ia juga dalam kondisi kesulitan terutama dalam memenuhi kebutuhan hidup dan biaya sekolah anak-anaknya. Sejak bersekolah di SMP Muhammadiyah 15 Platuk hingga ke SMA Mardisiswi, anak-anaknya sering mendapat keringanan tidak membayar SPP dan hanya membayar biaya ujian saja. Beruntung, pihak sekolah bisa memahami keadaan ekonomi Giyardi sehingga anak-anaknya masih dapat terus bersekolah. Ketika LAZISMU Surabaya datang untuk memberikan santunan, Giyardi merasa bersyukur dan ia pun bertekad untuk pantang menyerah walau dengan kondisi yang serba kekurangan. (Narko-RED)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KADO RAMADHAN

KADO RAMADHAN

Jadual Imsakiyah Ramadhan 1437 H

Jadual Imsakiyah Ramadhan 1437 H

AKSI BERSAMA LAZISMU

AKSI BERSAMA LAZISMU

Tanggap Bencana

Tanggap Bencana

CIMB NIAGA SYARIAH