Masa tua atau usia lanjut, selayaknya sebagai masa untuk menikmati pencapaian hidup yang dimulai dari masa muda. Ketika tua semestinya kita menikmati apa yang telah kita raih selama hidup sembari persiapan akhir tatkala Allah memanggil kita nanti. Namun ada kalanya di masa tua bukanlah kenikmatan hidup yang dirasakan, tetapi justru penderitaan berkepanjangan hingga ajal menjemput. Itulah ujian akhir yang akan menentukan ‘lulus’ tidaknya dalam hidup ini.
****************
Tim LAZISMU Aksi Peduli Dhuafa (LAPD) senantiasa mengemban tugas ‘blusukan’ masuk-keluar kam-pung dalam rangka bersilaturrahim deng-an kaum dhuafa, menyampaikan santun-an dari donatur tercinta dan menebar doa akan kehidupan yang lebih baik.
Bulan Februari 2014 lalu tim LAPD LAZISMU Surabaya mengunjungi rumah bapak Nurachman (71 tahun) dan Ibu Rukaya di sebuah gang di Jalan Jagalan Surabaya. Bapak Nurachman pernah meni-kah dengan istri pertama yang bernama Masriyah (61 tahun), namun sudah cerai dan memiliki 1 orang anak yang bernama Anita Rachma (29 tahun). Anita sudah menikah dan bekerja. Kini ia tinggal bersama suaminya, seorang salesman, di sebuah rumah kontrakan di Rungkut.
Kemudian bapak Nurachman menikah lagi dengan Zubaidah (59 tahun) yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga (PRT) dan tinggal bersamanya di rumah warisan berukuran 7x17m bersama dengan 25 orang saudara-saudaranya.
Kondisi rumah memang sangat memprihatinkan. Hal itu membuat Pemkot Surabaya pernah menawarkan mereka agar tinggal di UPTD Griya Werdha Rungkut. Namun mereka tetap memilih tinggal bersama di rumah warisan itu.
Adapun Rukaya (67 tahun, belum menikah) merupakan anak ke 4 dari 13 bersaudara dan saat ini tinggal bersama 8 saudaranya di rumah warisan yang sama. Beliau bekerja sebagai penjual kue keliling, titipan dari tetangga, dengan pendapatan sebesar Rp. 15.000 / hari. Dalam kondisi usia lanjut ‘keluarga besar’ ini masih dililit kemiskinan dan kekurangan.
WARGA SURABAYA TETAP PEDULI LANSIA
Warga Surabaya terbukti masih memiliki kepedulian yang tinggi terhadap lanjut usia. Ini terbukti dari tidak adanya warga lanjut usia (lansia) yang berkeliaran tanpa tempat tinggal atau terlantar di jalanan. Warga dan Pemerintah kota sangat mempedulikan dan memperhatikan nasib warga lanjut usia dengan cara dan kebajikannya masing-masing.
Itulah yang dialami oleh Ibu TUAH. Beliau saat ini sebagai warga di RT 07 / RW 04, Kelurahan Rangkah, Kecamatan Tambaksari Surabaya. Janda berusia 76 tahun ini pada mulanya terlantar dan kondisinya tidak bisa melihat atau buta. Semula beliau tinggal bersama putranya yang bernama Abdullah (48 tahun), masih lajang yang hanya bekerja sebagai kuli bangunan yang masa kerjanya juga tidak menentu, bahkan lebih banyak menganggur dan sering tidak berada di rumah. Kondisi ini menjadikan sang ibu tidak terurus.
Alhamdulillah sejak tahun 1966 Ibu TUAH menumpang di rumah bapak Ahmad Slamet yang rela berbagi tempat untuk beliau tinggal. Namun rumah yang ditempati berukuran 3 x 3 meter dan sangat sederhana. Bila Hujan atapnya bocor dan banjir bila hujan lebat. Untuk makan sehari-hari ibu ini menggantungkan pemberian dari tetangga dan orang yang ditumpanginya. Bila anaknya bekerja ibu Tuah dijaga oleh bu ATIEK HARIYATI, anak dari bapak Ahmad Slamet.
Ketika tim LAPD LAZISMU Surabaya berkunjung ke tempat tinggalnya, beliau merasa terharu dan senang, walau tidak bisa melihat. Kepada beliau LAZISMU Surabaya memberikan doa dan harapan agar sang ibu tetap sabar dan selalu bahagia di usia senjanya.
TETAP SEMANGAT DI KALA SENJA
Bersyukurlah kita masih dikaruniai indera pengelihatan yang masih normal, sehingga dapat merasakan indahnya dunia. Alangkah kufurnya jika kita menyia-nyiakan nikmat Allah berupa mata yang berfungsi sebagai indera pengelihatan namun tidak kita gunakan untuk melihat hal-hal yang baik. Allah memberi kita mata agar kita dapat melihat hal-hal baik dan beraktivitas dengan baik dan lancar.
Di sisi lain, ada sebagian insan yang tidak diberi nikmat pengelihatan atau buta mata sehingga tidak dapat melihat dan menikmati indahnya dunia. Itulah yang dialami oleh Ibu MARDISIH, warga RT 03 / RW 04, Kelurahan Rangkah, Kecamatan Tambaksari. Hingga usia lansia yakni 63 tahun, beliau belum pernah menikah dalam kondisi terlantar.
Dalam keadaan tidak bisa melihat ibu Mardisih tinggal menumpang di rumah Ibu Kasiyati, di Jalan Rangkah Gang III/24 Surabaya. Pekerjaan sehari-harinya sebagai tukang pijat dengan penghasilan yang tidak menentu tergantung pada orang yang membutuhkan jasa pijatnya.
Walau menumpang, beliau mendapat kamar cukup baik dan layak, dengan luas 3 x 3 m2. Sedangkan untuk kebutuhan makan sehari-hari diperoleh dari hasil bekerja sebagai tukang pijat dan belas kasihan dari para tetangga sekitar.
Ketika tim LAPD LAZISMU Surabaya datang untuk bersilaturrahim dan memberikan doa dan santunan, ibu ini sempat menawari jasa pijatnya. Namun karena tim LAPD LAZISMU tidak mempunyai banyak waktu, tawaran baik itu dengan berat hati ditolak secara halus.
Hal yang sama juga dialami Ibu MARTINJUNG yang juga sebagai warga RT 03 / RW 04, Kelurahan Rangkah, Kecamatan Tambaksari, Surabaya. Usianya pun hampir sama dengan ibu Mardisih, yakni 62 tahun. Kondisinya pun sama dengan ibu Mardisih, lanjut usia, terlantar dan belum pernah menikah.
Keadaan Ibu ini sangat memprihatinkan, karena tinggal menumpang di rumah Bapak Kasmiran. Kamar yang di tempati berada di lorong ukuran 1 x 2 meter. Ibu Martinjung juga bekerja menawarkan jasa pijat dengan penghasilan sangat minim. Untuk Biaya hidup sehari-hari ibu ini juga sering menggantungkan dari pemberian para tetangganya.
Satu hal yang masih dimiliki oleh kedua orang lanjut usia ini adalah semangat hidup yang pantang menyerah. Walau tinggal sendiri tanpa keluarga, kerabat dan saudara, kedua ibu ini tetap sabar dan tabah menjalani kerasnya kehidupan. (Adit/Narko-RED).
Keadaan Ibu ini sangat memprihatinkan, karena tinggal menumpang di rumah Bapak Kasmiran. Kamar yang di tempati berada di lorong ukuran 1 x 2 meter. Ibu Martinjung juga bekerja menawarkan jasa pijat dengan penghasilan sangat minim. Untuk Biaya hidup sehari-hari ibu ini juga sering menggantungkan dari pemberian para tetangganya.
Satu hal yang masih dimiliki oleh kedua orang lanjut usia ini adalah semangat hidup yang pantang menyerah. Walau tinggal sendiri tanpa keluarga, kerabat dan saudara, kedua ibu ini tetap sabar dan tabah menjalani kerasnya kehidupan. (Adit/Narko-RED).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar