Manusia memang telah diplot untuk hanya mengabdi atau menghamba kepada Alloh SwT sebagai tugas hidup utama. “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka mengabdi kepada-Ku,” demikian firman-Nya dalam Al-Qur’an Surat Adz-Dzariyat, ayat 56. Demi menyambut seruan itu, seorang mukmin akan selalu beikrar,”Iyyaka na'budu … atau Hanya kepada-Mu, kami mengabdi …” Ikrar ini paling tidak akan diulangnya tujuh belas kali sehari-semalam dalam ibadah sholat lima waktu. Seorang mukmin pasti sadar bahwa hidup adalah totalitas penghambaan, pengabdian, ketaatan, atau ketundukan kepada-Nya, Alloh Yang Maha Pencipta, Maha Kuasa, Maha Mengatur, Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang. “Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk menghamba kepada Alloh, Tuhan semesta alam!”
Al-Qur’an memang menegaskan, hanya ada dua bentuk penghambaan, pengabdian, peribadatan, atau ketaatan. Pengabdian kepada Alloh dan pengabdian kepada selain Alloh. Pengabdian kepada selain Alloh bisa berupa pengabdian, penghambaan, atau penyembahan kepada nafsu, syaiton, thoghut, benda, harta, atau penguasa dunia. “Perhatikanlah betapa banyak manusia mempertuhankan hawa-nafsunya,” demikian diingatkan Alloh dalam Al-Qur’an Surat Al-Furqon, ayat 43. Namrud dan Fir'aun, adalah dua figur penguasa yang memproklamasikan diri sebagai Tuhan. Setiap manusia menurut Al-Qur’an, memang memiliki potensi diperbudak atau menghamba kepada nafsu. Orientasi hidupnya hanya demi kepuasan syahwat dunia. “Dan mereka sangat mencintai dunia dengan kecintaan yang menggila,” Mereka adalah para penyembah materi dan kenikmatan dunia. Mereka meraihnya dengan menghalalkan segala cara. Dunia bagi mereka adalah segala, sedang akhirat itu fiksi dan ilusi semata.
Ibadah, pengabdian, atau penghambaan kepada Alloh SwT adalah pintu utama kemuliaan dan kehormatan seorang mukmin, sebagaimana diperintahkan dalam Al-Qur’an, Surat Al-Baqoroh, ayat 21, ”Wahai manusia, beribadahlah kepada Tuhan-Mu yang telah menciptakan kamu, dan menciptakan orang-orang sebelummu, supaya kamu meraih ketakwaan.” Ketakwaan adalah martabat, kemuliaan, dan kehormatan tertinggi yang dianugerahkan kepada seorang hamba atau abdullah. Alquran Surat Al-Hujurot ayat 13 menegaskan, “Sesungguhnya yang paling mulia di antaramu di sisi Alloh adalah yang paling bertaqwa.”
Sholat adalah ibadah utama yang harus ditunaikan seorang mukmin setelah menegaskan persaksiannya melalui dua kalimat syahadat. Alloh SwT berfirman dalam Q.S. Thohaa 14 : “Sesungguhnya Aku ini Alloh. Tidak ada tuhan., kecuali Aku. Maka mengabdilah hanya kepada-Ku. Dan, tegakkanlah sholat demi mengingat-Ku.” Sholat bahkan menjadi indikator syukur seorang hamba atas nikmat yang dianugerhakan-Nya. Sholat juga menjadi parameter baiknya amal-amal yang lain. Jika sholat seseorang baik, maka baiklah aamal-amal dan akhlak seseorang. “Sungguh sholat mencegah manusia melakukan perbuatan keji dan munkar.” Al-Qur’an Surat Al-Ankabut ayat 45. Para ahli sholat pasti memiliki mahkota akhlak. Sholat akan menjauhakannya dari penyakit jiwa seperti sombong, dengki, rakus, bakhil, jahil, dusta, dan perilaku dholim lainnya. Para ahli sholat akan menghiasi diri dengan adab santun dan peduli pada fakir-miskin, dan kaum du'afa.
Demikian urgennya kedudukan sholat, sehingga nabi menganalogkan sholat bagaikan mi”roj. “Mi'roj orang beriman adalah sholat.” Seorang muk-min memang tidak mungkin melakukan mi'roj, naik ke langit ke tujuh, menuju Al-Baitul Makmur, Sidrotul Muntaha, se-bagaimana dilakukan dan dialami Rusu-lulloh saw. Mi'roj nabi adalah peristiwa mu'jizat sebagai salah satu bukti kena-biannya. Seorang mukmin yang ingin menghadap Alloh, bertaqorrub, mende-katkan diri, beraudiensi, dan berkomu-nikasi secara intens, sholatlah bentuk mi'rojnya. Dalam kondisi suci jasmani-ruhani seseorang bisa memuja, memuji, menyatakan syukur, mengadu menyam-paikan harapan, memohon perlindung-an melalui ibadah sholat. Sungguh betapa istimewa kedudukan sholat. Kedekatan seorang hamba kepada Sang Kholiq dapat dirasakan secara spiritual ketika keningnya menempel tanah dalam sujud-sujud sholat.
Dalam sebuah hadis sahih lain, nabi bahkan menggambarkan sholat itu tiang agama. Barang siapa meninggalkan sholat, maka dia telah merobohkan agamanya. Sholat adalah garis demarkasi atau furqon. Orang yang ikhlas, khusyuk, dan istiqomah menunaikan sholat adalah orang yang benar imannya. Orang kafir tidak mungkin menunaikan ibadah utama ini. Pembatas keimanan dan kekafiran adalah sholat. Sholat adalah penghapus dosa, penyembuh penyakit jiwa, serta pintu sukses menuju hidup tenang, damai, tentram dan bahagia. Sholat adalah wasiat utama yang diwariskan Rosululloh untuk selalu dijaga diamalkan sebagaimana nabi mengamalkannya sampai tutup usia. “Sholatlah sebagaimana aku sholat!” pesannya menjelang manusia utama itu kembali kepada-Nya.
Sholat tidak hanya disyariatkan kepada Nabi Muhammad saw dan umatnya. Alloh mem-fardlu-kan ibadah ini kepada segenap nabi dan rosul. Adam, Nuh, Ibrahim, Ismail, Sulaiman, Musa, Isa, dan seluruh nabi menegakkan ibadah ini siang-malam dengan penuh cinta. Alloh SwT mengangkat derajat para nabi, shiddiqin, sholihin dengan menganugerahkan maqoman mahmuda atau kedudukan terpuji baik di dunia maupun di akhirat. Sholat adalah hamparan sajadah para nabi dan rasul untuk menyatakan syukur, serta senjata bagi hamba-hamba yang sabar mendambakan pertolongan.
“Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Q.S. Al-Baqoroh 153).
Penulis adalah praktisi pendidikan dan Wakil Ketua LAZISMU Surabaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar