Setelah vakum beberapa tahun, kini Lembaga Pengembangan Taman Pendidikan Al-Qur’an Muhammadi-yah (LPTPQMu) kota Surabaya mulai menggeliat kembali. Hal itu setelah terjadi pergantian kepemimpinan dari Direktur lama Suyipto Hamzah ke Direktur yang baru, Munahar.
Sebagai institusi pembina Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) di kalangan Masjid Muhammadiyah se-Kota Surabaya, LPTPQMu menyelenggarakan kegiatan Pelatihan Bagi Pengelola TPQ pada ahad 14 Juni 2015 di Gedung Dakwah Muham-madiyah Surabaya. Pelatihan dilaksanakan mulai pagi hingga sore menampilkan na-rasumber Ir. Sudarusman, Kepala SMP Muhammadiyah 2 penggagas Sekolah di Mall yang merupakan SMP prestasi di Surabaya dan Drs. Luqmanul Hakim M.Pd, seorang Trainer Pendidikan tingkat Nasio-nal. Pelatihan diikuti 94 orang pengelola TPQ dan 3 orang Da’i Muhammadiyah dari Banjarbaru, Kalimantan Selatan.
Sebelum pelatihan dimulai, Mu-nahar, Direktur LPTPQMu Surabaya, da-lam sambutannya mengatakan bahwa LPTPQMu Surabaya setelah pelatihan ini akan terus melakukan pembinaan terha-dap TPQ-TPQ Muhammadiyah di Suraba-ya hingga berkembang dan maju. Pihaknya mendorong agar TPQ yang sudah maju berkembang menjadi Madrasah Diniyah.
Ir. Sudarusman yang tampil sebagai pembicara pertama mengajak para pengelola TPQ untuk lebih kreatif dan berani mencoba berbagai terobosan guna memajukan lembaganya. Menurutnya spirit yang dikembangkan sebenarnya sama dengan lembaga pendidikan formal bahwa pengelola TPQ harus pro aktif dalam mengambil keputusan guna mengatasi berbagai kendala dan hambatan yang menghadang. Lebih jauh Ir. Sudarusman menjelaskan bahwa sudah saatnya pengelola TPQ merubah pola pikir yang selama ini bersifat tradisional dalam hal pengelolaan lembaga menjadi progresif dan solutif terhadap peluang dan tantangan.
Sebagai pengelola TPQ Masjid Muhammadiyah hendaknya tidak diam berpangku tangan manakala TPQ-nya me-ngalami penurunan santri atau menemui berbagai kesulitan, baik dari segi manajemen, operasional maupun sistem dan metode pengajaran BTQ. Ubahlah kebiasaan mengeluh dan mulailah berpikir bagaimana menjadikan kendala dan hambatan yang menghadang itu sebagai potensi dan kekuatan ke arah perbaikan, jelasnya. De-mikian pula dalam mengajar santri, pengajar TPQ hendaknya memperhatikan po-tensi santri. Kekurangan dan kelebihan pa-da diri santri hakekatnya adalah potensi yang dimiliki oleh TPQ itu sendiri yang harus terus diasah dan dikembangkan.
SUASANA TPQ HARUS MENYENANGKAN
SUASANA TPQ HARUS MENYENANGKAN
Suasana belajar atau mengaji di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) itu harus berbeda dengan pendidikan formal. Mengaji di TPQ itu harus menyenangkan. Oleh karena itu para ustadz dan ustadzah TPQ harus menciptakan suasana mengaji yang menyenangkan dan menggem-birakan santri yang sebagian besar berusia anak-anak. Demikian menurut Luqmanul Hakim, M.Pd, Trainer yang menjadi narasumber kedua Pelatihan Bagi Pengelola TPQ yang diselenggarakan oleh LPTPQ-Mu Surabaya.
“Para ustadz/ustadzah TPQ belum dikatakan berhasil dalam me-ngajar ngaji jika yang diajar tidak menunjukkan wajah riang dan ceria. Ka-rena ilmu akan masuk ke dalam otak jika anak itu dalam kondisi yang gembira dan suasananya nyaman. Maka dari itu ciptakan suasana ngaji yang menyenangkan” tambahnya. Lebih jauh Luqmanul Hakim memberikan kiat mengajar ‘Joyfull Learning’ kepada para peserta pelatihan. Apa-pun metode yang dipakai oleh TPQ itu tergantung pada konsistensi dan kualitas pengajarnya. Yang terpenting adalah kiat-kiat yang membuat san-tri betah ngaji dan cinta Masjid. Intinya adalah membuat ikatan batin yang kuat antara ustadz dan santri. Ustadz harus menjadi teladan sekaligus penggembira bagi santri. InsyaAllah pembelajaran di TPQ tidak membosankan dan bisa efektif di dalam menyampaikan ilmu. (Adit-RED).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar